Portalbaraya.com – Hipotermia saat mendaki gunung terjadi ketika suhu tubuh turun di bawah 35°C akibat kehilangan panas secara terus-menerus.
Baca Juga: Keindahan Puncak Carstensz, Atap Tertinggi Indonesia
Hal ini bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani. Berikut adalah beberapa penyebab utama hipotermia dalam pendakian:
1. Cuaca Ekstrem dan Suhu Dingin di Ketinggian
- Gunung memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan daerah dataran rendah, terutama di atas 3.000 mdpl.
- Angin kencang dan badai salju dapat mempercepat penurunan suhu tubuh.
2. Pakaian Tidak Memadai
- Mengenakan pakaian yang tidak sesuai, seperti pakaian tipis, bukan bahan isolasi yang baik, atau tidak tahan air.
- Pakaian basah akibat hujan, keringat, atau salju mempercepat kehilangan panas tubuh.
Baca Juga: Dua Pendaki Perempuan Meninggal di Puncak Carstensz: Persahabatan Sejak SMP Berakhir di Atap Papua
4. Kelembaban dan Angin Dingin (Wind Chill Effect)
- Udara lembab membuat tubuh lebih sulit mempertahankan panas.
- Angin dingin mempercepat penguapan panas dari tubuh, menyebabkan suhu tubuh turun lebih cepat.
5. Kurangnya Pergerakan
- Jika pendaki terlalu lama diam, terutama saat istirahat di tempat terbuka tanpa perlindungan, suhu tubuh akan menurun drastis.
- Kondisi ini sering terjadi saat pendaki terjebak badai atau kelelahan di tengah perjalanan.
6. Efek Ketinggian (Hipoksia dan AMS)
- Di atas 3.000 mdpl, kadar oksigen berkurang, menyebabkan tubuh kesulitan menghasilkan panas.
Baca Juga: Puasa Makin Fresh! Ini 7 Buah Wajib Biar Tetap Energi & Anti Lemas
- Acute Mountain Sickness (AMS) bisa menyebabkan pusing, lemas, dan hilangnya kontrol tubuh, meningkatkan risiko hipotermia.
7. Dehidrasi
- Dehidrasi menghambat sirkulasi darah, menyebabkan tubuh lebih sulit mempertahankan panas.