Portalbaraya.com – Banjir bandang yang melanda kawasan Puncak Cisarua pada Minggu, 2 Maret 2025, telah menyebabkan dampak signifikan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
Baca Juga: Begadang Tiap Malam? Hati-Hati, Mata Panda Bisa Bikin Wajah Auto Kusam!
Kampung Pensiunan, RW 01, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, menjadi daerah yang terdampak paling parah, dengan banyak rumah warga mengalami kerusakan berat.
Selain itu, seorang warga bernama Asep Mulyana (55) dilaporkan hilang akibat terbawa arus saat berusaha menyelamatkan istrinya yang juga terseret banjir. Korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia pada Senin, 3 Maret 2025.
Bencana ini terjadi setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut sejak siang hari, mengakibatkan aliran air yang deras merusak rumah-rumah warga, menghanyutkan beberapa bangunan, dan memutus jembatan penghubung antarwilayah.
Baca Juga: Waspada! Hormon Kortisol Berlebih Bisa Sebabkan Jerawat dan Penuaan Dini
Sebanyak 423 jiwa terdampak oleh banjir bandang ini, dengan 4 orang mengalami luka-luka.
Muncul spekulasi bahwa alih fungsi lahan kebun teh oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I Regional 2 mungkin berkontribusi terhadap terjadinya banjir ini.
PTPN I Regional 2 mengelola perkebunan teh di wilayah Jawa Barat, termasuk di kawasan Puncak. Alih fungsi lahan, terutama dari perkebunan teh menjadi peruntukan lain, dapat mengurangi daya serap air tanah dan meningkatkan risiko banjir.
Namun, hingga saat ini, belum ada informasi resmi yang mengonfirmasi keterkaitan antara alih fungsi lahan oleh PTPN I Regional 2 dengan banjir yang terjadi di Cisarua.
Baca Juga: Awas! Kenali Tanda-Tanda Cuaca Ekstrem Sebelum Naik Gunung, Jangan Sampai Kena Masalah!
Penting bagi pihak terkait untuk melakukan investigasi mendalam mengenai penyebab banjir ini, termasuk menilai dampak alih fungsi lahan terhadap lingkungan, guna mencegah terjadinya bencana serupa di masa mendatang.